Permasalahan Kemiskinan dan Kerusakan Lingkungan Merupakan Hambatan Utama dalam Pembangunan Perkotaan

Bambang Suprijadi

Abstract


Sebagai tindak lanjut Deklarasi Rio, 1992, dalam Earth Summit , yang diselenggarakan oleh PBB, beberapa pertemuan internasional lain telah berlangsung, diantaranya Konferensi Tingkat Tinggi Milenium PBB 2000 yang mencetuskan Millenium Development Goals (MDG). MDG menyepakati delapan sasaran pembangunan millennium, yang salah satu sasarannya adalah menanggulangi kemiskinan di dunia. Peningkatan jumlah penduduk dunia yang diiringi dengan peningkatan jumlah penduduk kota dan peningkatan jumlah penduduk miskin di perkotaan telah membuat beban lingkungan perkotaan bertambah berat. Permasalahannya apakah kemiskinan dan kerusakan lingkungan merupakan hambatan utama dalam pembangunan kawasan perkotaan.

Metode pembahasan dari analisa ini adalah metode induktif dengan mengambil data-data empiris yang diperoleh melalui laporan-laporan di lapangan kemudian analisis pembahasan meliputi : kemiskinan adalah deprivation yaitu kondisi kekurangan segala sesuatu yang diperlukan untuk well-being (pengalaman tentang kualitas hidup yang baik). Kemiskinan memiliki banyak dimensi : fisik, social, ekonomi, politik, psikologis dan atau spiritual, termasuk kerugian-kerugian yang diderita si miskin seperti kelemahan fisik, isolasi, kerawanan dan ketidakberdayaan. Komponen-komponen yang membentuk jaringan, subsistem wilayah perkotaan tersebut dapat dikelompokkan dalam tiga dimensi yang saling berinteraksi terus-menerus, yaitu dimensi soaial, ekonomi dan lingkungan. Permasalahan pokok perkotaan dinegara-negara sedang berkembang, menunjukkan dua subsistem besar yang komponen-komponenya saling berinteraksi secara terus-menerus, yakni : 1) Subsistem sosial, masyarakat, yang menderita kemiskinan (seperti pengangguran, kelangkaan akses terhadap air bersih dan sanitasi, pelayanan kesehatan dan pendidikan, ha katas tanah, keamanan, dan sebagainya), dan; 2) Subsistem Lingkungan yang menderita kerusakan (pencemaran air, udara dan tanah, pengelolaan limbah, kelangkaan air bersih, permukiman, dan sebagainya). Dalam kasus masyarakat miskin di kota-kota besar, ketidakadilan struktur social (faktor eksternal kemiskinan) itu terlihat dari tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan mereka untuk bertahan hidup dalam kesehatan yang baik, sulitnya mendapat akses ke pelayanan publicĀ  (sanitasi sehat, air bersih, pengelolaan sampah), rumah sehat, RTH, pelayanan pendidikan dan sebagainya. Ketidakadilan juga terlihat dari tidak adanya akses kepemilikan ha katas tanah yang mereka huni. Sebagai akibat itu semua, sulit bagi mereka untuk mendapat akses ke pekerjaan yang baik dan stabil. Ketidakadilan itu menyebabkan masyarakat miskin tetap miskin dan merusak lingkungan hidup masyarakat itu sendiri dan mengancam proses pembangunan berkelanjutan. Contoh-contoh kerusakan lingkungan yang hingga kini tak dapat dihindarkan adalah antara lain pencemaran udara akibat kemacetan lalu lintas, hilangnya hutan bakau di wilayah pantai, penyusutan lahan basah, penyusutan RTH, penurunan muka tanah, pencemaran air sungai dan air tanah.

Kesimpulannya, uraian di atas memperlihatkan bahwa masalah kemiskinan yang sangat mempengaruhi kehidupan dilingkungan permukiman buruk itu perlu diperbaiki atau diganti, agar kemiskinan dan kerusakan lingkungan permukiman seperti yang terjadi di kota-kota besar dapat berkurang secara bertahap, dan proses pembangunan keberlanjutan dapat berlangsung.


References


Brundthland, G.H. 1997. Our Common Future The World Commision On Environment and Development. New York. Oxford. Press.

Djody Madrim Gondokusumo. 2005. Pembangunan Kota Indonesia Dalam Abad 21 (EDT) URDI-YSS. Jakarta

Fauzie, Noer. 1997. Tanah dan Pembangunan. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Hariyono, P. 1993. Kultur Cina dan Jawa : Pemahaman Menuju Asimilasi Kultural. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Kartasasmita, Ginanjar. 1997. Kemiskinan. Balai Pustaka. Jakarta.

NAS, PJM. 1984. Kota di dunia Ketiga. Bhatara Karya. Jakarta.

Rimadewi Sucipto. 2005. Pembangunan Kota Indonesia Dalam Abad 21 (EDT) URDI-YSS. Jakarta.

Tambunan, Rudi P. 2005. Pembangunan Kota Indonesia Dalam Abad 21 (EDt) URDI-YSS. Jakarta.


Refbacks

  • There are currently no refbacks.